Rabu, 03 Juni 2015

A little Story about them (Anak Jalanan)


“Ngapain tampil main musik, mending awak nyarik duet, utang sama mamak awak uda banyak”. Ceplos seorang lajang tanggung dengan logat khas Medan. Wajahnya kusam, rambutnya berantakan, hampir hitam pekat. Dia hanya salah satu contoh dari yang ku lihat saat berkunjung tiga hari lalu ke salah satu Rumah Belajar, sebuah wadah pembinaan dan pembekalan keterampilan bagi anak jalanan. Pernyataan bocah itu membuat ku kaget dan cukup lama aku memandanginya, namun akhirnya beralih ke sosok mungil berusia sekitar 6 tahun yang datang menghampiri kami. Matanya redup, wajahnya pucat, banyak melamun dan jauh dari kesan ceria. Sebuah  kondisi yang menurutku tak lazim untuk anak seusianya. Sepanjang kami mengobrol dengan para pengurus Rumah Belajar, ia hanya memandangi kami dengan ekspresi yang datar. Ku amati mereka satu per satu. Di sudut lain, dua anak lelaki sedang memegang sekantongan baju bekas yang baru mereka terima dari penyumbang, dan satu bocah lagi sedang mencuci mukanya di keran halaman depan....,
Kunjungan ku yang pertama, namun cukup menghajarku. Antara siapa aku dan keinginan mana yang belum terpenuhi, namun siapa mereka dan apa yang mau dimakan esok hari. Dari para sukarelawan, aku mendapat informasi bahwa sebagian besar dari mereka berasal dari keluarga broken home, punya tempat tinggal, namun karena tak tahan dengan pertengkaran orangtua akhirnya lebih memilih untuk hidup 24 jam di jalanan, bercokol dengan kerasnya hidup, persaingan dengan para pengamen lain. Satu waktu saat sesama adik pengamen terlibat dalam satu obrolan tentang hasil ngamen seharian :
A : Dapat berapa ?
B : 3 ribu, 2 ribu udah ku belikan nasi
C : loh, jadi besok gimana dek ? (sambung sukarelawan)
B : Kalau besok ya besok lah kak, yang penting hari ini cukup.
Jawabannya singkat dan sama sekali tidak  khawatir. Membawaku teringat firman Tuhan “ kesusahan sehari cukuplah untuk sehari. Setiap hari ada kesusahannya masing-masing”. Aku iseng mikir, wah si adik pengamen ini lebih beriman dari aku, dia gak takut hari esok. >> Jangan khawatir
Aku yakin yang kubagikan ini hanya segelintir dari kisah jutaan anak jalanan dan gelandangan yang hidupnya jauh dari kata layak. Mereka hampir tidak memikirkan tentang sekolah karena harus jadi tulang punggung ibunya yang sedang hamil dan harus ditinggal bapaknya karena dipenjara. Ternyata hidupku cukup “nyaman”. Andai kami berdialog, aku bilang HAAAH “hidupku berat”, lalu adik pengamen mungkin akan menjawab “gimana lagi dengan hidupku kak ?”...

1 komentar:

  1. Online casino sites and how to use them for - Kalamba
    Learn how to deposit and withdraw at 온카지노 legal online หาเงินออนไลน์ casino sites ➤ Top 7 gambling sites ✔️ 메리트카지노 Online casinos with bonuses.

    BalasHapus