“Ngapain tampil main musik, mending awak nyarik
duet, utang sama mamak awak uda banyak”. Ceplos seorang lajang tanggung dengan
logat khas Medan. Wajahnya kusam, rambutnya berantakan, hampir hitam pekat. Dia
hanya salah satu contoh dari yang ku lihat saat berkunjung tiga hari lalu ke
salah satu Rumah Belajar, sebuah wadah pembinaan dan pembekalan keterampilan bagi anak jalanan. Pernyataan bocah itu
membuat ku kaget dan cukup lama aku memandanginya, namun akhirnya beralih ke
sosok mungil berusia sekitar 6 tahun yang datang menghampiri kami. Matanya
redup, wajahnya pucat, banyak melamun dan jauh dari kesan ceria. Sebuah
kondisi yang menurutku tak lazim untuk anak seusianya. Sepanjang kami mengobrol
dengan para pengurus Rumah Belajar, ia hanya memandangi kami dengan ekspresi
yang datar. Ku amati mereka satu per satu. Di sudut lain, dua anak lelaki
sedang memegang sekantongan baju bekas yang baru mereka terima dari penyumbang,
dan satu bocah lagi sedang mencuci mukanya di keran halaman depan....,
Kunjungan ku yang pertama, namun cukup
menghajarku. Antara siapa aku dan keinginan mana yang belum terpenuhi, namun
siapa mereka dan apa yang mau dimakan esok hari. Dari para sukarelawan, aku
mendapat informasi bahwa sebagian besar dari mereka berasal dari keluarga broken
home, punya tempat tinggal, namun karena tak tahan dengan pertengkaran
orangtua akhirnya lebih memilih untuk hidup 24 jam di jalanan, bercokol dengan
kerasnya hidup, persaingan dengan para pengamen lain. Satu waktu saat sesama
adik pengamen terlibat dalam satu obrolan tentang hasil ngamen seharian :
A : Dapat berapa ?
B : 3 ribu, 2 ribu udah ku belikan nasi
C : loh, jadi besok gimana dek ? (sambung
sukarelawan)
B : Kalau besok ya besok lah kak, yang penting
hari ini cukup.
Jawabannya singkat dan sama sekali tidak
khawatir. Membawaku teringat firman Tuhan “ kesusahan sehari cukuplah untuk
sehari. Setiap hari ada kesusahannya masing-masing”. Aku iseng mikir, wah si
adik pengamen ini lebih beriman dari aku, dia gak takut hari esok. >>
Jangan khawatir
Aku yakin yang kubagikan ini hanya segelintir
dari kisah jutaan anak jalanan dan gelandangan yang hidupnya jauh dari kata
layak. Mereka hampir tidak memikirkan tentang sekolah karena harus jadi tulang
punggung ibunya yang sedang hamil dan harus ditinggal bapaknya karena
dipenjara. Ternyata hidupku cukup “nyaman”. Andai kami berdialog, aku bilang
HAAAH “hidupku berat”, lalu adik pengamen mungkin akan menjawab “gimana lagi
dengan hidupku kak ?”...
Online casino sites and how to use them for - Kalamba
BalasHapusLearn how to deposit and withdraw at 온카지노 legal online หาเงินออนไลน์ casino sites ➤ Top 7 gambling sites ✔️ 메리트카지노 Online casinos with bonuses.